Jangan Menggunakan Minyak Jelantah (Minyak Goreng Bekas) , Jangan Buang Sembarangan Juga!

Memang ekonomis dan bisa menghemat biaya kalau menggoreng menggunakan minyak jelantah atau minyak goreng bekas. Paling tidak itulah alasan para ibu rumah tangga mengapa kerap mereka menyimpan minyak goreng bekas pakai. Tujuan utamanya mengapa minyak jelantah masih kerap dipergunakan adalah menghemat dana anggaran rumah tangga.

Sebenarnya bukan hanya ibu rumah tangga saja, para penjual gorengan pun menggunakan cara yang sama agar keuntungannya bisa lebih besar. Dengan tidak menggunakan minyak goreng segar atau baru mereka bisa menghemat ongkos produksi sepotong bakwan, tahu, atau risoles.

Sesuatu yang manusiawi ketika kita menerapkan hukum ekonomi dalam kehidupan.

Sayangnya, hal itu bukanlah sesuatu yang bijaksana.

Apa itu minyak jelantah?

Istilah minyak jelantah adalah istilah umum yang dipergunakan untuk minyak goreng yang sudah digunakan untuk memasak atau menggorang sesuatu.

Tetapi, istilah ini sebenarnya juga harus disematkan pada minyak goreng yang sudah dipanaskan pada suhu tinggi, bahkan tanpa dipergunakan untuk memasak atau menggoreng sesuatu.

Jenis minyak goreng yang dipergunakan bisa saja berupa minyak kelapa sawit atau minyak dari kelapa.

Mengapa minyak goreng bekas berbahaya (bagi kesehatan)?

Menggoreng adalah sebuah proses yang menggunakan suhu tinggi. Meskipun minyak goreng sebelum dipergunakan bahkan tidak membahayakan kesehatan kalau diminum, tetapi begitu dididihkan di atas penggorengan, maka lama kelamaan akan menjadi sebuah bahan yang bisa berbahaya bagi manusia.

Minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai, yang tentunya sudah melalui proses pemanasan di atas penggorengan atau frying pan, sudah mengalami perubahan wujud/fisik dan juga kandungan.

Warna minyak jelantah cenderung kehitaman yang menunjukkan perubahan fisik akibat suhu tinggi.

Tetapi, yang berbahaya adalah kandungan di dalamnya.

Minyak goreng bekas pakai ini mengandung banyak senyawa karsinogen dan benzena yang bisa menyebabkan kanker.

Dalam berbagai penelitian disebutkan bahwa penggunaannya dapat berakibat pula peningkatan kolesterol pada tubuh manusia mengingat asam jenuhnya bertambah. Belum ditambah lagi dengan potensi menyebabkan keracunan, gangguan fungsi ginjal, dan penyakit jantung.

Pernah merasakan kerongkongan gatal, kering, dan suara terdengar serak setelah makan gorengan yang bisa dijual di pinggir jalan? Itu adalah salah satu efek dari gugusan benzena yang ada di dalam minyak jelantah yang kerap dipergunakan penjualnya.

Oleh karena itu, pemakaian minyak jelantah untuk memasak sangat tidak disarankan oleh banyak ahli kesehatan.

Apakah berbahaya kalau sudah dimurnikan/dibersihkan?

Banyak dari ibu-ibu yang sudah tahu bahaya minyak jelantah bagi kesehatan dan lingkungan, oleh karena itu mereka tidak mempergunakannya.

Tetapi banyak yang mengambil langkah dengan menjualnya kepada pengepul.

Masalahnya, banyak pengepul yang kemudian menyuling ulang atau membersihkan minyak-minyak jelantah itu dan kemudian menjual ulang kepada masyarakat dengan harga murah.

Tentu saja sangat menarik dengan harga yang jauh di pasaran.

Sayangnya, hal itu tetap akan memberi akibat buruk pada mereka yang menggunakannya. Belum ada cara yang bisa menjadikan minyak jelantah kembali menjadi minyak goreng yang bisa dipakai ulang.

Jadi, pembersihan atau pemurnian tidak akan mengurangi nilai bahaya penggunaannya.

Minyak Jelantah atau Minyak Goreng Bekas

Lalu haruskah minyak jelantah dibuang?

Sebaiknya demikian. Jangan dipergunakan. Bagaimanapun kesehatan kita lebih utama dibandingkan menghemat beberapa rupiah. Lagi pula, ongkos biaya pengobatan penyakit yang bisa ditimbulkan akibat pemakaian minyak jelantah akan lebih besar dibandingkan uang yang dihemat.

Tetapi, ada tetapinya, jangan dibuang sembarangan.

Kandungan yang terdapat dalam minyak goreng bekas pakai juga berbahaya bagi makhluk hidup lainnya. Jika tidak ditangani dengan benar, minyak jelantah bisa mencemari lingkungan juga.

Satu kebiasaan yang sering tidak disadari berefek buruk pada lingkungan adalah ketika minyak jelantah dibuang ke dalam saluran air.

Minyak jelantah mengandung banyak senyawa yang membuatnya harus dikategorikan sebagai limbah B3 (Berbahaya dan Beracun). Jika dibuang sembarangan ke dalam air akan merusak habitat dan ekosistem air, mencemari air tanah, dan juga mencemari lingkungan.

Oleh karena itu sebisa mungkin minyak jelantah jangan begitu saja ditumpahkan ke dalam saluran air atau dibuang sembarangan.

Bagaimana membuang minyak jelantah?

Ini memang menjadi masalah sejauh ini.

Kalau dibuang ke saluran air mencemari lingkunga, dibuang begitu saja ke tempat sampah juga mencemari, disimpan jelas tidak mungkin, dijual ke pengepul sering dijual lagi dan tetap saja berbahaya. lalu apa yang harus dilakukan.

Memang belum ada penanganan yang sempurna tentang hal ini di Indonesia.

Cara terbaik adalah dengan menjualnya atau memberikannya kepada pihak yang bisa mengolahnya menjadi biosolar. Minyak goreng bekas pakai memang terbukti bisa dipergunakan sebagai bahan bakar mesin diesel setelah melalui pengolahan.

Itu adalah cara terbaik.

Tetapi, bagaimana kalau belum ada pihak yang bisa melakukan itu?

Yah, terbaik di antara terburuk. Tuang minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai ke dalam plastik atau botol plastik. Kemudian buang ke tempat sampah.

Tidak memecahkan masalah 100% tetapi tindakan ini bisa memastikan sampah-sampah itu akan berada di tempat yang seharusnya bersama yang lain dan tidak mengotori lingkungan kita.

Tips menggunakan minyak goreng

Minyak goreng bisa dikata adalah benda sekali pakai. Sekali dipergunakan maka sebaiknya tidak lagi dipergunakan.

Oleh karena itu cara terbaik untuk memaksimalkannya sehingga tetap bisa menghemat sekaligus mengurangi resiko berbahaya bagi kesehatan bisa dengan cara :

Pergunakan untuk 3-4 kali menggoreng secara berturut-turut tanpa mengangkatnya. Setelah itu jangan pergunakan lagi.

Misalkan kita hendak menggoreng tempe dan ikan, dahulukan tempe baru kemudian ikan. Tentunya kalau ikan yang didahulukan maka tempe akan berbau amis. Jadi buatlah jadwal menggoreng dan persiapkan bahan sebelum memasak.

Setelah 3-4 kali menggoreng, jangan teruskan memakai minyak goreng yang sama karena pemanasan terus menerus sudah menyebabkan tingkat asam jenuh dalam minyak goreng meninggi. Fisiknya pun biasanya sudah berubah. Jadi jangan teruskan memakainya.

Mau tidak mau, suka atau tidak suka, menggunakan minyak jelantah atau minyak goreng bekas haruslah dihindari. Tetapi, janganlah juga membuangnya sembarangan karena pada akhirnya bisa menyebabkan akibat buruk bagi lingkungan.