Tantangan Tersulit Untuk Menerapkan Gaya Hidup Hijau Bernama Merubah Kebiasaan

Tidak sulit. Tidak ada yang sulit untuk dilakukan untuk menerapkan gaya hidup hijau dalam kehidupan sehari-hari. Tidak seperti istilah yang dipergunakannya “green lifestyle” atau “gaya hidup hijau” yang terdengar modern, sophisticated, dan rumit, penerapannya dalam keseharian justru tidak memerlukan alat apapun.

Herannya, gema dari slogan untuk merubah tindakan sehari-hari kita menjadi ramah lingkungan sepertinya hilang ditelan angin. Tidak ada bekasnya. Masyarakat Indonesia masih sangat jauh dari kata mampu mengimplementasikan gaya hidup hijau.

Sebagai contoh yang paling sederhana saja, ketika kita membeli satu botol air mineral merk Aqua (atau yang lain) dan satu batang coklat Snicker saja, lalu ketika sang kasir memasukkannya ke dalam sebuah kantung plastik, apakah Anda mencegahnya? Mayoritas pembeli di Indomaret atau Alfamart tidak pernah melakukan hal itu.

Padahal hal remeh ini yang membedakan antara sebuah gaya hidup konvensional dan gaya hidup ramah lingkungan.

Sebotol Aqua dan sebatang snicker terlalu sedikit jumlahnya untuk memenuhi kapasitas dari kantung plastik terkecil yang disediakan sekalipun. Kedua barang itu sebenarnya bisa dipegang dan dimasukkan ke dalam kantung. Tetapi, sifat tidak mau rugi ala masyarakat Indonesia seperti tidak rela Indomaret tidak memberikan kepadanya satu buah kantung plastik.

Sering saya melihat para pembeli di minimarket di stasiun Commuter Line, yang membawa tas besar atau tas ransel, tetap saja meminta belanjaan mereka yang tidak banyak untuk dimasukkan ke dalam kantung plastik. Padahal kapasitas tas mereka sendiri tidak penuh dan tentunya masih bisa menampung apa yang mereka beli.

Sebuah kebiasaan.

Maukah pembeli “berkorban” sedikit dan merubah kebiasaan menerima bonus kantung plastik? Hanya sedikit saja tetapi hal itu sudah berarti berkontribusi mengurangi sampah plastik yang beredar. Semua tentunya sudah paham bahwa plastik sulit terurai secara alami dan kalaupun terurai rentan mencemari tanah dan air.

Itulah tantangan terbesar bagi masyarakat Indonesia untuk bisa menerapkan green lifestyle dalam kehidupan mereka. Maukah mereka merubah kebiasaan manja, malas, dan tidak mau rugi? Kalau bisa, maka mereka akan bisa berubah lebih lanjut, tetapi sayangnya kelihatannya masih sangat jauh perjalanan yang harus ditempuh untuk menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang bergaya hidup hijau.

Meskipun, kalau hanya untuk sekedar mempopulerkan slogan gaya hidup hijau, masyarakat Indonesia akan sangat mahir mengingat mereka adalah pengguna media sosial yang sangat aktif. Tetapi, untuk merealisasikan apa yang mereka sebarkan, perlu banyak perubahan kebiasaan yang menjadi tantangan tersendiri dan sangat sulit dilakukan.