Jalan Bukan Tong Sampah, Stop Membuang Sampah Lewat Jendela Kendaraan

Kekayaan materi tidak selalu berjalan seiring dengan kekayaan hati. Fakta tersebut bisa terlihat dengan mudah di jalanan dengan memperhatikan berbagai tingkah laku para pengendara. Salah satu yang bisa dengan mudah ditemukan pengendara membuang sampah lewat jendela mobil saat kendaraannya sedang melaju.

Biasanya yang dilemparkan keluar adalah gelas bekas air minum mineral, bungkus permen, plastik, dan yang sering adalah puntung rokok.

Herannya, yang sering melakukan hal seperti ini bukan hanya dari kalangan yang bermobil butut. Tidak terhitung banyaknya pengendara dengan mobil mewah dengan merk-merk terkenal dan masih gress juga berbuat hal yang sama.

Sesuatu yang menunjukkan tidak ada kaitan kekayaan  dengan sopan santun, empati, dan keberadaban seseorang. Seseorang boleh memiliki banyak materi dan gelar dalam hidupnya, tetapi itu tidak mencegah diri mereka menjadi orang yang tidak beradab.

Mengapa demikian? Mengapa hanya membuang sampah ke jalan saat berkendara bisa membuat orang disebut tidak beradab? Coba saja perhatikan beberapa hal di bawah ini :

1. Definisi jalan adalah tempat untuk kendaraan lewat dan bukan tong sampah raksasa. Sudah pasti itu, tidak ada kamus bahasa apapun yang memberikan definisi jalan sebagai tempat membuang sampah

2. Peraturan dengan jelas melarang untuk membuang sampah tidak pada tempat yang disediakan, yaitu tempat sampah , bahkan undang-undang mengancam dengan sanksi setiap orang yang melanggarnya

3. Membuang sampah lewat jendela kendaraan dapat membahayakan orang lain. Sebuah gelas plastik bisa mengenai muka pengendara motor di belakangnya dan menyebabkannya kehilangan konsentrasi. Puntung rokok menyala bisa membuat luka bakar kalau mengenai pengemudi sepeda motor

Dari ketiga hal itu saja terlihat rendahnya pengetahuan, kemauan untuj menjadi masyarakat yang teratur, dan juga empati atau kepedulian terhadap sesama.

Seorang filsuf Inggris mengatakan “peradaban” bisa dilihat salah satunya dari keteraturan masyarakatnya. Semakin tinggi peradaban sebuah masyarakat, semakin patuh anggotanya mengikuti aturan, baik tertulis atau tidak tertulis yang sudah ditetapkan karena peraturan dibuat intinya untuk membangun keteraturan dalam masyarakat.

Aturan tertulis adalah undang-undang, hukum, sedangkan aturan tidak tertulis adalah norma, tata krama, dan sopan santun.

Seorang yang terbiasa membuang sampah melalui jendela kendaraan mencerminkan bahwa sang pelaku tidak berniat menjadi masyarakat yang teratur, tidak berniat menjadi masyarakat yang berperadaban tinggi. Ia lebih suka menjadi orang yang tidak beradab dan berbuat seenaknya tanpa mempedulikan orang lain.

Dan, ternyata orang seperti ini juga tidak pintar, bisa disebut bodoh bahkan. Berapa gelar yang dimilikinya ketika ia membuang sampah lewat jendela mobil menunjukkan bahwa dia orang bodoh.

Buktinya ia tidak bisa membedakan antara jalan dan tong sampah. Dengan membuang sampah saat berkendara, ia menganggap jalanan sebagai tong sampah raksasa.

Bodoh bukan?

Orang yang melakukan tindakan ini juga bukan orang yang kreatif dan jelas orang yang malas dan pelit. Menyediakan sebuah tempat sampah kecil plastik berharga murah di dalam sebuah mobil bisa memecahkan masalah. Kalau ia tidak pelit, tentulah mudah merogoh dompet untuk membelinya. Kalaupun tetap tidak mau, tidak susah membawa kantung plastik dari rumah yang biasa didapat gratis dari minimarket, ini pun jadi solusi sampah saat berkendara.

Jika pemecahan sederhana seperti ini tidak dilakukan, ya jangan salah kalau masyarakat menjuluki pelit, bodoh, malas, tidak kreatif, tidak beradab.

Mau?